Sabtu, 12 Januari 2013

Asal-muasal Blangkon






Blangkon adalah penutup kepala kaum pria sebagai pelengkap pakain tradisional jawa. Blangkon sebenarnya bentuk praktis dari iket yang terbuat dari kain batik. Tidak ada catatan sejarah yang jelas kapan orang jawa mulai memakai penutup kepala.
Dalam cerita rakyat dulu, ada legenda tentang ajisaka yang mengalahkan raksasa prabu dewata cengkar dengan cara prabu dewata cengkar di suruh mengulur sorban penutup kepalanya ajisaka hingga terjatuh kedalam samudra. Dari legenda ajisaka inilah tulisan jawa lahir mengisahkan tentang utusannya(caroko) ajisaka.
Ada teori yang mengatakan bahwa pemakaian blangkon merupakan pengaruh dari hindu dan islam yang di serap oleh orang jawa. Menurut para ahli, islam masuk ke tanah jawa di bawa oleh dua etnik, yaitu etnik cina dari dataran tiongkok dan pedagang dari gujarat yang merupakan keturunan arab. Orang gujarat selalu menutup kepala mereka dengan sorban, inilah yang menginspirasi orang jawa memakai penutup kepala.
Ada teori lain dari para sesepuh yang mengatakan, bahwa zaman dahulu ikat kepala tidaklah permanen seperti sekarang, ikat kepala zaman dahulu hanaya kain seperti sorban yang bisa di lepas. Tetapi karena terjadi perang yang berimbas pada krisis politik dan terjadi kelangkaan kain, maka pihak keraton memerintahkan para seniman untuk membuat ikat kepala yang simpel dan tidak memakan bahaan kain banyak, maka terciptalah Blangkon.
Pada zaman dahulu memang blangkon hanya bisa dibuat oleh seniman ahli dengan pakem(aturan) yang baku. semakin memenuhi pakem yang di tetapkan, maka nilai blangkon akan semakin tinggi. Seorang ahli kebudayaan bernama backer pernah meneliti tentang pembuatan blangkon, ternyata pembuatan blangkon membutuhkan keahlian yang disebut "virtuso skill" menurutbya : "That an objeck is useful, that it required virtuso skill to make-neither of these precludes it from also thought beatiful. Same craft generete from within their own traditon of feelling for beauty and with it appropriete aesthetic atandards and common of taste".
Blangkon sebenarnya hanya terbuat dari kain iket atau udeng berbentuk persegi empat. Ukurannya kira-kira 150X150cm. Yang digunakan hanya separuh kain tersebut. Pada umumnya blangkon berukuran 48 paling kecil dan 59 paling besar. Blangkon terdiri dari beberapa tipe, yitu menggunakan mendolan, yaitu tonjolan pada bagian belakang blangkon pada blangkon medel jogja. Tonjolan ini menndakan model rambut pria masa itu yang panjang dan diikat di belakang, sehingga bagian itu tersembul pada bagian belakang blangkon.
Model trepes yang merupakan gaya surakarta/solo merupakan modifikasi dari gaya jogja, karena pada masa itu kebanyakan pria sudah berambut pendek. Selain dari suku jawa (sebagian besar dari jawa tengah, jogja dan jawa timur), ada beberapa suku lain di indonesia yang memakai ikat kepala mirip dengan blangkon jawa, yaitu : suku sunda (sebagian besar jawa barat dan banten), suku betawi, suku madura suku bali dan lain-lain, hanya saja dengan pakem dan bentuk yang berbeda-beda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar